Internet Masuk Desa kini bukan hanya impian belaka, karena teknologi internet yang dulu hanya dapat dinikmati kalangan atas kini sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh para penduduk desa yang tak terjangkau listrik sekalipun. Sebut saja Desa Pasir Waru, Kecamatan Mancak, Serang, Banten. Desa ini berjarak 27 kilometer dari pusat pemerintahan Provinsi Banten, Kota Serang. Desa yang berada di pinggiran hutan dan di daerah berbukit-bukit ini tak seluruhnya telah terakses listrik. Daerah yang sudah tersambung listrik pun sekali-sekali mati karena pemadaman bergilir.
Jalan desa sebagian besar belum teraspal. Semakin ke atas bukti, kondisinya makin rusak. Mobil masih bisa lewat namun harus pelan-pelan. Sepeda motor menjadi angkutan yang dominan. Meski demikian, penduduknya yang sebagian besar petani tak putus asa dengan kondisi daerahnya. Mereka masih menyempatkan diri untuk belajar komputer, yang mungkin baru dikenal untuk pertama kali, agar mendapat kehidupan lebih baik.
Komputer masuk ke desa tersebut sejak didirikan CTC (Community Technology Center) Mancak yang dibangun Microsoft dengan Asketik, organisasi nonprofit yang membantu pemberdayaan masyarakat di Pasir Waru. Di dalam ruang belajar CTC yang hanya berukuran 3 x 4 meter hanya ada dua unit komputer dan satu unit printer. Untuk akses Internet digunakan modem GPRS dari ZTE melalui jaringan seluler XL. Fasilitas inilah yang digunakan sebagai ruang belajar secara bergantian.
Toto menceritakan kehadiran komputer di desa tersebut masih asing bagi penduduk. Namun, setelah mereka mengetahui bahwa fasilitas tersebut tersedia untuk digunakan bersama-sama, mereka mulai tertarik untuk mencoba. Bahkan, ada seorang penduduk yang langsung membeli komputer meski harus merogoh kocek hingga Rp3 juta.
Banyak hal-hal lucu saat penduduk desa mencoba komputer pertama kali. Ada yang kikuk dan takut ketika menggeser mouse, seperti dialami Santari, yang kini memelihara beberapa ekor kambing silangan Ettawa. Namun, Santari tidak serta-merta putus asa dan tetap datang ke CTC meskipun masih terus dibantu untuk menggunakan Internet.
"Saya ingin tahu lebih banyak, misalnya bagaimana memelihara kambing Ettawa yang katanya lagi mahal harganya," ujar Santari. Selain komputer, penduduk memang sudah diperkenalkan kepada Internet untuk mencari informasi khususnya mengenai komoditi yang mereka garap.
Kalau Santari tertarik pada kambing, beda dengan Tusni yang akrab dipanggil Entus yang sedang mencoba ternak lele dumbo. Ia mengaku tertarik kepada komputer dan Internet namun sudah malas untuk belajar. Tapi, bukan berarti keingintahuannya berhenti. Entus "memaksa" anaknya yang datang ke CTC dan mencarikan informasi apa saja yang diinginkannya.
"Dari internet saya dapat informasi beternak lele dumbo yang baik. Tapi saya tidak percaya begitu saja. Makanya, saya bandingkan dengan peternak lele yang sukses di Serang. Ternyata caranya sama," ujarnya. Dengan bekal informasi tersebut, ia pun membangun tiga kolam pembesaran lele dumbo di kebun belakang rumahnya.
Internet saat ini juga digunakan untuk mencari informasi mengenai harga kelapa di pasar. Selain kelapa butiran, penduduk juga membuat minyak kelapa, briket arang batok kelapa, dan serat kelapa. Wilayah Pasir Waru memang kaya pohon kelapa dan menjadi komoditi utama daerah tersebut.
Sebelum ada Asketik, penduduk hanya menjual kelapa butiran kepada tengkulak yang datang ke desa. Mereka tidak tahu harga normal di pasaran. Saat ini mereka tidak hanya didampingi, namun bisa mengecek sendiri harga di pasaran.
Tapi, gara-gara internet ini pula, penduduk kini lebih suka menjual kelapa butiran sebab harganya sedang tinggi-tingginya. Alhasil, pabrik minyak kelapa sementara tutup. Sabut kelapa juga mendeg karena mesin yang dipakai saat ini rusak.
Padahal, olahan kelapa masih begitu banyak. Airnya dapat dibuat nata de coco atau virgin coconut oil. Sabutnya mungkin bernilai lebih tinggi jika dibuat anyaman, misalnya keset. Intrenet kelak mungkin dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi lebih banyak tentang apa saja yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan.
"Kehadiran teknologi di Desa Pasir Waru, Mancak, Serang lebih dari pelatihan computer bagi masyarakat. Ketrampilan yang diperoleh masyarakat di Community Technology Center atau CTC dapat membuka peluang untuk mendapatkan atau melakukan pekerjaan lebih baik serta kesempatan meningkatkan ekonomi," ujar Sita Supomo, Community Affair Manager.
Menurutnya, petani tidak hanya mengakses internet untuk mencari informasi harga, mengakses pasar, namun juga mengembangkan tanaman pangan baru di daerahnya. Hal ini sesuai dengan tujuan program Microsoft Unlimited Potential, khususnya Community Technology Skills, bahwa seiring dengan meningkatnya sumber daya masyarakat pedesaan, taraf hidup keluarga meningkat, ekonomi pedesaanpun ikut meningkat.
Namun, manfaat komputer dan Internet akan jauh lebih optimal jika didukung infrastruktur dasar. Internet menjadi harapan namun listrik dan transportasi yang lancar masih menjadi impian penduduk desa Pasir Waru.
Nah kita sebagai orang "kota" jangan mau kalah donk dengan "wong deso"! Tunjukkan kualitas kita dengan menjadi blogger yang baik!
Jalan desa sebagian besar belum teraspal. Semakin ke atas bukti, kondisinya makin rusak. Mobil masih bisa lewat namun harus pelan-pelan. Sepeda motor menjadi angkutan yang dominan. Meski demikian, penduduknya yang sebagian besar petani tak putus asa dengan kondisi daerahnya. Mereka masih menyempatkan diri untuk belajar komputer, yang mungkin baru dikenal untuk pertama kali, agar mendapat kehidupan lebih baik.
Komputer masuk ke desa tersebut sejak didirikan CTC (Community Technology Center) Mancak yang dibangun Microsoft dengan Asketik, organisasi nonprofit yang membantu pemberdayaan masyarakat di Pasir Waru. Di dalam ruang belajar CTC yang hanya berukuran 3 x 4 meter hanya ada dua unit komputer dan satu unit printer. Untuk akses Internet digunakan modem GPRS dari ZTE melalui jaringan seluler XL. Fasilitas inilah yang digunakan sebagai ruang belajar secara bergantian.
Toto menceritakan kehadiran komputer di desa tersebut masih asing bagi penduduk. Namun, setelah mereka mengetahui bahwa fasilitas tersebut tersedia untuk digunakan bersama-sama, mereka mulai tertarik untuk mencoba. Bahkan, ada seorang penduduk yang langsung membeli komputer meski harus merogoh kocek hingga Rp3 juta.
Banyak hal-hal lucu saat penduduk desa mencoba komputer pertama kali. Ada yang kikuk dan takut ketika menggeser mouse, seperti dialami Santari, yang kini memelihara beberapa ekor kambing silangan Ettawa. Namun, Santari tidak serta-merta putus asa dan tetap datang ke CTC meskipun masih terus dibantu untuk menggunakan Internet.
"Saya ingin tahu lebih banyak, misalnya bagaimana memelihara kambing Ettawa yang katanya lagi mahal harganya," ujar Santari. Selain komputer, penduduk memang sudah diperkenalkan kepada Internet untuk mencari informasi khususnya mengenai komoditi yang mereka garap.
Kalau Santari tertarik pada kambing, beda dengan Tusni yang akrab dipanggil Entus yang sedang mencoba ternak lele dumbo. Ia mengaku tertarik kepada komputer dan Internet namun sudah malas untuk belajar. Tapi, bukan berarti keingintahuannya berhenti. Entus "memaksa" anaknya yang datang ke CTC dan mencarikan informasi apa saja yang diinginkannya.
"Dari internet saya dapat informasi beternak lele dumbo yang baik. Tapi saya tidak percaya begitu saja. Makanya, saya bandingkan dengan peternak lele yang sukses di Serang. Ternyata caranya sama," ujarnya. Dengan bekal informasi tersebut, ia pun membangun tiga kolam pembesaran lele dumbo di kebun belakang rumahnya.
Internet saat ini juga digunakan untuk mencari informasi mengenai harga kelapa di pasar. Selain kelapa butiran, penduduk juga membuat minyak kelapa, briket arang batok kelapa, dan serat kelapa. Wilayah Pasir Waru memang kaya pohon kelapa dan menjadi komoditi utama daerah tersebut.
Sebelum ada Asketik, penduduk hanya menjual kelapa butiran kepada tengkulak yang datang ke desa. Mereka tidak tahu harga normal di pasaran. Saat ini mereka tidak hanya didampingi, namun bisa mengecek sendiri harga di pasaran.
Tapi, gara-gara internet ini pula, penduduk kini lebih suka menjual kelapa butiran sebab harganya sedang tinggi-tingginya. Alhasil, pabrik minyak kelapa sementara tutup. Sabut kelapa juga mendeg karena mesin yang dipakai saat ini rusak.
Padahal, olahan kelapa masih begitu banyak. Airnya dapat dibuat nata de coco atau virgin coconut oil. Sabutnya mungkin bernilai lebih tinggi jika dibuat anyaman, misalnya keset. Intrenet kelak mungkin dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi lebih banyak tentang apa saja yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan.
"Kehadiran teknologi di Desa Pasir Waru, Mancak, Serang lebih dari pelatihan computer bagi masyarakat. Ketrampilan yang diperoleh masyarakat di Community Technology Center atau CTC dapat membuka peluang untuk mendapatkan atau melakukan pekerjaan lebih baik serta kesempatan meningkatkan ekonomi," ujar Sita Supomo, Community Affair Manager.
Menurutnya, petani tidak hanya mengakses internet untuk mencari informasi harga, mengakses pasar, namun juga mengembangkan tanaman pangan baru di daerahnya. Hal ini sesuai dengan tujuan program Microsoft Unlimited Potential, khususnya Community Technology Skills, bahwa seiring dengan meningkatnya sumber daya masyarakat pedesaan, taraf hidup keluarga meningkat, ekonomi pedesaanpun ikut meningkat.
Namun, manfaat komputer dan Internet akan jauh lebih optimal jika didukung infrastruktur dasar. Internet menjadi harapan namun listrik dan transportasi yang lancar masih menjadi impian penduduk desa Pasir Waru.
Nah kita sebagai orang "kota" jangan mau kalah donk dengan "wong deso"! Tunjukkan kualitas kita dengan menjadi blogger yang baik!
Tutorial Bisnis Online:
Comments :
0 komentar to “Internet Masuk Desa”
Posting Komentar